Daftar Isi
Di balik keindahan bunganya yang menyerupai terompet, kecubung (Datura metel) menyimpan kisah kontroversial. Tanaman ini telah digunakan dalam pengobatan tradisional selama berabad-abad, tetapi juga dikenal sebagai salah satu zat halusinogen paling berbahaya di dunia.
Di Indonesia, kecubung sering ditemukan sebagai tanaman hias atau tumbuh liar. Namun, belakangan, penyalahgunaannya sebagai “drug zombie” membuatnya menjadi sorotan. Bagaimana sebuah tanaman bisa sekaligus menjadi penyembuh dan pembunuh?
Profil Tanaman Kecubung
| Informasi | Detail |
|---|---|
| Nama Ilmiah | Datura metel |
| Famili | Solanaceae (sama dengan tomat dan terong) |
| Ciri Khas | Bunga berbentuk terompet, buah berduri, daun lebar |
| Kandungan Aktif | Skopolamin, Atropin, Hiosiamin (halusinogen kuat) |
| Manfaat Medis | Obat asma, nyeri, kolik (dalam dosis terkontrol) |
| Bahaya | Halusinasi, keracunan, kematian jika disalahgunakan |
| Status Hukum | Tidak termasuk narkotika, tetapi penggunaannya diatur karena risiko tinggi |
| Referensi | Wikipedia Kecubung |
Manfaat Medis vs Risiko Mematikan
1. Penggunaan Tradisional yang Masih Dipercaya
Beberapa masyarakat menggunakan kecubung untuk:
- Meredakan asma (dibakar dan dihirup uapnya).
- Obat nyeri sendi (daunnya dilumatkan sebagai kompres).
- Penghilang sakit gigi (getahnya dioleskan).
Namun, Dr. Ahmad Fauzi, ahli farmakologi dari Universitas Indonesia, memperingatkan:
“Dosis yang salah bisa berakibat fatal. Tanaman ini mengandung alkaloid yang sangat kuat, bahkan 10 biji saja bisa menyebabkan kematian.”
2. Kecubung sebagai ‘Drug Zombie’
Kandungan skopolamin dalam kecubung mampu:
- Menghilangkan ingatan korban (efek amnesia).
- Membuat seseorang patuh seperti zombie.
- Menyebabkan kematian akibat gagal napas atau jantung.
Kasus Nyata:
Pada 2023, seorang remaja di Jawa Tengah meninggal setelah mengonsumsi teh kecubung karena percaya bisa memberinya “pengalaman spiritual”.
Mengapa Kecubung Begitu Berbahaya?
- Efek Halusinogenik: Membuat pengguna kehilangan kendali atas realitas.
- Overdosis Mudah Terjadi: Dosis aman hampir tidak ada karena kandungan racunnya tidak stabil.
- Kecanduan Psikologis: Pengguna mencari “euforia” yang justru berujung pada kerusakan otak.
Apa Kata Hukum dan Agama?
- BNN tidak memasukkan kecubung dalam daftar narkotika, tetapi mengimbau masyarakat menghindari penyalahgunaannya.
- Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan:
“Jika digunakan bukan untuk pengobatan, hukumnya haram karena termasuk merusak akal.”
Kesimpulan: Haruskah Dihindari Sepenuhnya?
Kecubung ibarat pisau bermata dua—bermanfaat jika digunakan dengan benar, tetapi mematikan jika disalahgunakan. Penelitian medis modern masih diperlukan untuk memastikan dosis amannya.
Peringatan:
- Jangan pernah mencoba mengonsumsi kecubung tanpa pengawasan ahli.
- Jika melihat gejala keracunan (halusinasi, detak jantung cepat), segera bawa ke rumah sakit.
Apa pendapatmu?
(Artikel ini ditulis berdasarkan sumber medis terpercaya. Konsultasikan ke dokter sebelum menggunakan tanaman herbal.)



